Minggu, 12 Desember 2010

Kesenangan hidup di dunia ini apabila dibandingkan dengan kesenangan hidup di akhirat adalah sangat sedikit.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ

Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.[QS. At-Taubah : 38].
Kesenangan dunia hanyalah laksana permainan dan senda gurau - kesenangan palsu, kesenangan yang menipu

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [QS. Al-Hadiid : 20]
Maka Allah SWT yang sangat kasih sayang kepada hamba-Nya (manusia) mengarahkan supaya mencari kesenangan dan kebahagiaan hidupnya di akhirat

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [QS. Al-Qashash : 77]
Kesenangan hidup di akhirat bagi orang-orang yang beriman, lebih baik dan lebih kekal daripada semua kesenangan yang dirasakan di dunia

فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal [QS. Asy-Syuuraa : 36]
Walaupun demikian tidak sedikit manusia yang tertipu, karena daya tarik gemerlap dunia yang sangat memikat hati, sehingga melampaui batas kewajaran. Dengan thama’ dan rakusnya untuk memiliki harta sebanyak-banyaknya, dan menempati jabatan/kedudukan di dunia ini, dia mengira bahwa semua itu (harta dan jabatan) dapat mengekalkan kesenangan hidupnya

يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ

Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, [QS. Al-Humazah : 3].
Orang yang berpandangan seperti itu hanyalah orang-orang kafir dan akan menjadi penyesalan.
Kepada orang-orang yang beriman Allah memperingatkan,

لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ (١٩٦)مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri, itu hanyalah kesenangan yang sedikit (sementara), kemudian tempat tinggal mereka adalah di Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. [QS. Ali 'Imraan : 196-197]
Rasulullah SAW bersabda

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى

Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Oleh karena itu dalam hal ini Rasulullah SAW bersumpah,

اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلِّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَأَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم و اللفظ له

Demi Allah kami tidak akan mengangkat seseorang dalam suatu jabatan pada orang yang memintanya dan pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim].
Jabatan adalah suatu amanat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, demikian juga harta kekayaan akan ditanya dari mana diperoleh dan untuk apa dipergunakan. Orang-orang yang rakus (thama’) terhadap harta maupun jabatan, perasaan bahwa harta dan jabatan itu adalah sesuatu amanat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak sudah tidak ada lagi.
Maka untuk meraihnya dengan jalan apapun akan ditempuh asalkan dapat berhasil, sekalipun dengan cara merampok, mencuri, menipu, korupsi, suap-menyuap dan sebagainya, tanpa peduli halal maupun haram, karena jiwa agamanya sudah dirusak oleh sifat thama’ dan rakusnya.
Orang-orang semacam itu menjadi orang-orang yang paling rugi, karena mereka telah melakukan perbuatan yang sia-sia di dunia ini, bahkan berbuat yang mencelakakan dirinya, tetapi mereka mengira bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sebaik-baiknya dan menguntukan dirinya

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”.Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. [QS. Al-Kahfi : 103-104]
Semoga kita terjaga, tidak terjerumus ke dalam sifat thama’ dan rakus kepada harta maupun jabatan/kedudukan yang akan membawa kerusakan agama kita. Aamiin, ya Robbal ‘aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar