Minggu, 12 Desember 2010

Rakus Terhadap Harta & Jabatan

Kesenangan hidup di dunia ini apabila dibandingkan dengan kesenangan hidup di akhirat adalah sangat sedikit.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ

Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.[QS. At-Taubah : 38].
Kesenangan dunia hanyalah laksana permainan dan senda gurau - kesenangan palsu, kesenangan yang menipu

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [QS. Al-Hadiid : 20]
Maka Allah SWT yang sangat kasih sayang kepada hamba-Nya (manusia) mengarahkan supaya mencari kesenangan dan kebahagiaan hidupnya di akhirat

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [QS. Al-Qashash : 77]
Kesenangan hidup di akhirat bagi orang-orang yang beriman, lebih baik dan lebih kekal daripada semua kesenangan yang dirasakan di dunia

فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal [QS. Asy-Syuuraa : 36]
Walaupun demikian tidak sedikit manusia yang tertipu, karena daya tarik gemerlap dunia yang sangat memikat hati, sehingga melampaui batas kewajaran. Dengan thama’ dan rakusnya untuk memiliki harta sebanyak-banyaknya, dan menempati jabatan/kedudukan di dunia ini, dia mengira bahwa semua itu (harta dan jabatan) dapat mengekalkan kesenangan hidupnya

يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ

Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, [QS. Al-Humazah : 3].
Orang yang berpandangan seperti itu hanyalah orang-orang kafir dan akan menjadi penyesalan.
Kepada orang-orang yang beriman Allah memperingatkan,

لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ (١٩٦)مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri, itu hanyalah kesenangan yang sedikit (sementara), kemudian tempat tinggal mereka adalah di Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. [QS. Ali 'Imraan : 196-197]
Rasulullah SAW bersabda

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى

Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Oleh karena itu dalam hal ini Rasulullah SAW bersumpah,

اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلِّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَأَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم و اللفظ له

Demi Allah kami tidak akan mengangkat seseorang dalam suatu jabatan pada orang yang memintanya dan pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim].
Jabatan adalah suatu amanat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, demikian juga harta kekayaan akan ditanya dari mana diperoleh dan untuk apa dipergunakan. Orang-orang yang rakus (thama’) terhadap harta maupun jabatan, perasaan bahwa harta dan jabatan itu adalah sesuatu amanat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak sudah tidak ada lagi.
Maka untuk meraihnya dengan jalan apapun akan ditempuh asalkan dapat berhasil, sekalipun dengan cara merampok, mencuri, menipu, korupsi, suap-menyuap dan sebagainya, tanpa peduli halal maupun haram, karena jiwa agamanya sudah dirusak oleh sifat thama’ dan rakusnya.
Orang-orang semacam itu menjadi orang-orang yang paling rugi, karena mereka telah melakukan perbuatan yang sia-sia di dunia ini, bahkan berbuat yang mencelakakan dirinya, tetapi mereka mengira bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sebaik-baiknya dan menguntukan dirinya

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”.Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. [QS. Al-Kahfi : 103-104]
Semoga kita terjaga, tidak terjerumus ke dalam sifat thama’ dan rakus kepada harta maupun jabatan/kedudukan yang akan membawa kerusakan agama kita. Aamiin, ya Robbal ‘aalamiin.
Kesenangan hidup di dunia ini apabila dibandingkan dengan kesenangan hidup di akhirat adalah sangat sedikit.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ

Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.[QS. At-Taubah : 38].
Kesenangan dunia hanyalah laksana permainan dan senda gurau - kesenangan palsu, kesenangan yang menipu

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [QS. Al-Hadiid : 20]
Maka Allah SWT yang sangat kasih sayang kepada hamba-Nya (manusia) mengarahkan supaya mencari kesenangan dan kebahagiaan hidupnya di akhirat

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [QS. Al-Qashash : 77]
Kesenangan hidup di akhirat bagi orang-orang yang beriman, lebih baik dan lebih kekal daripada semua kesenangan yang dirasakan di dunia

فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal [QS. Asy-Syuuraa : 36]
Walaupun demikian tidak sedikit manusia yang tertipu, karena daya tarik gemerlap dunia yang sangat memikat hati, sehingga melampaui batas kewajaran. Dengan thama’ dan rakusnya untuk memiliki harta sebanyak-banyaknya, dan menempati jabatan/kedudukan di dunia ini, dia mengira bahwa semua itu (harta dan jabatan) dapat mengekalkan kesenangan hidupnya

يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ

Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, [QS. Al-Humazah : 3].
Orang yang berpandangan seperti itu hanyalah orang-orang kafir dan akan menjadi penyesalan.
Kepada orang-orang yang beriman Allah memperingatkan,

لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ (١٩٦)مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri, itu hanyalah kesenangan yang sedikit (sementara), kemudian tempat tinggal mereka adalah di Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. [QS. Ali 'Imraan : 196-197]
Rasulullah SAW bersabda

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى

Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]
Oleh karena itu dalam hal ini Rasulullah SAW bersumpah,

اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلِّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَأَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم و اللفظ له

Demi Allah kami tidak akan mengangkat seseorang dalam suatu jabatan pada orang yang memintanya dan pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim].
Jabatan adalah suatu amanat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, demikian juga harta kekayaan akan ditanya dari mana diperoleh dan untuk apa dipergunakan. Orang-orang yang rakus (thama’) terhadap harta maupun jabatan, perasaan bahwa harta dan jabatan itu adalah sesuatu amanat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak sudah tidak ada lagi.
Maka untuk meraihnya dengan jalan apapun akan ditempuh asalkan dapat berhasil, sekalipun dengan cara merampok, mencuri, menipu, korupsi, suap-menyuap dan sebagainya, tanpa peduli halal maupun haram, karena jiwa agamanya sudah dirusak oleh sifat thama’ dan rakusnya.
Orang-orang semacam itu menjadi orang-orang yang paling rugi, karena mereka telah melakukan perbuatan yang sia-sia di dunia ini, bahkan berbuat yang mencelakakan dirinya, tetapi mereka mengira bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sebaik-baiknya dan menguntukan dirinya

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”.Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. [QS. Al-Kahfi : 103-104]
Semoga kita terjaga, tidak terjerumus ke dalam sifat thama’ dan rakus kepada harta maupun jabatan/kedudukan yang akan membawa kerusakan agama kita. Aamiin, ya Robbal ‘aalamiin.

Menata Hati Di Era Bencana-Bencana Tiada Putus

Segala puji bagi Allah, betapa Allah Tuhan semesta Alam mendidik hamba-hamba-nya yang disayangi dengan nasehat dan didikan yang sangat-sangat lengkap. Perhatian dan curahan nikmat dan rahmat Allah senantiasa diberikan di sepanjang perjalanan hidupnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an yang artinya


Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. 57:22)
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 57:23) )

Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan yang Maha Mengetahui, Tuhan yang Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha mengetahui dengan pasti tingkah polah umat manusia di dalam seluruh rentang perjalanan zaman.
Allah Maha Tahu bahwa sampai waktunya manusia akan sampai kepada zaman komputer,zaman digital, dimana manusia pada waktu itu akan berbuat sesuatu yang dapat mengakibatkan kerusakan yang luar biasa. Memang penemuan-penemuan ilmiah dapat diambil dan kemanfaatnya sangat luar biasa, namun bukankah disana sisi juga timbul kerusakan yang sangat luar biasa ?, betapa dengan teknologi komputer, didukung teknologi komputer kemajuan industrialisasi berkembang pesat luar biasa, namun efek samping kerusakan alam yang muncul juga luar biasa, bumi pun tidak mampu menahan kerusakan akibat tingkah polah manusia, hingga terjagi proses “Global Warming”, tetap saja manusia tidak mau surut dengan perilaku dan tabiatnya.
Bahkan dengan teknologi digital dan komputer, telah terjadi kemajuan yang luarbiasa di segenap bidang ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang kesehatan dan kedokteran. Namun kerusakan dibidang yang paling mendasar, yaitu bidang moral-pun juga terjadi dengan sangat luar biasa. Segala macam perbuatan jahat dan kotor telah dapat sirekam, ditonton dan ditularkan ke segenap penjuru dunia. Sehingga kejatuhan moral bangsa-bangsa telah terjadi dengan sangat pesatnya.
Betapa sejak teknologi komputer dan teknologi digital ini diterapkan, kejadian-kejadian musibah bencana dan berbagai macam kerusakan jiwa yang berskala sangat-sangat besar telah terjadi mengglobal? Ingat firman Allah yang artinya
.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS. 30:41) )
Sesuatu yang sebenarnya sangat menguntungkan, namun jiga disalah gunakan akan menjadi sesuatu yang bisa sangat merugikan. Global warming, yang diwarnai dengan perubahan cuaca ekstrim telah mengakibatkan berbagai kejadian-kejadian sangat luar biasa, misalnya munculnya badai-badai jenis baru yang berdampak dapat memporak-prandakan hunian manusia. Badai mengakibatkan banjir dan tanah longsor, kebakaran hutan , perubahan iklim, dst.
.
Kesalahan yang perlu ditobati.
Manusia lah yang memicu terjadinya segala kerugian dan bencana yang menimpa diri mereka. Bahkan Ketika manusia telah melampaui batas, dan tidak ada lagi yang mampu mengekangnya, Maka Allah akan memperingatkan manusia agar kembali kepada jalan yang benar. Bagaimanakah sikap hati jiwa dan perilaku yang terbaik menghadapai berbagai bencana dan musibah yang hadir tiada henti-hentinya yang ada di sekitar kita, ingatlah beberapa firman Allah yang artinya
.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. 6:42)
Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri. (QS. 7:94)
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. 16:112) )
Kerusakan akibat penyalah gunaan teknologi komputer dan teknologi digital, telah ada didepan mata. Betapa Kerusakan itu sudah sangat jauh menerobos kedalam sendi-sendi jiwa umat manusia. Kerusakan pada jiwa generasi muda telah merasuk dalam keadaan yang sangat-sangat menghancurkan jiwa umat manusia. Bahkan umat beragama pun bisa memasuki dalam kubangan siksa dan murka Allah akibat terpengaruh oleh berbagai tingkah laku jahat yang disebarkan dengan teknologi digital. Sehingga menjadi makhluq-makhluq terkutuk sebagaimana firman-Nya yang artinya
.
Katakanlah:”Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik ) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi (dan orang yang) menyembah Taghut”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. 5:60) )
Bila kerusakan jiwa dan moral manusia telah terjadi maka umat beragama dapat tertular dan berubah menjadi manusia yang berjiwa sebagaimana ayat diatas. Dengan kerusakan seperti itu dapat mendatangkan kemurkaan Allah.
Penjelasan tentang manusia telah berubah menjadi kera, babi dan penyembah thagut adalah perubahan pada sifat dan jiwanya bukan pada jasmaninya. Manusia-manusia yang dahulunya rajin beribadah kepada Allah, sopan santun, lembut hati, pemalu, ramah tamah, pekerja keras, penuh toleransi, telah berubah menjadi manusia yang dipenuhi dengan sifat-sifat yang tidak mau beribadah kepada Allah, rakus dunia, tidak punya malu, berperangai buruk dan jahat, yang dapat merugikan satu sama lain dan dapat mencelakakan dan membinasakan dirinya dan membinasakan satu sama lain.
.
Kearifan yang harus tetap dijaga dan disemaikan.
Manusia Indonesia, manusia religius, manusia yang sangat mengenal Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa. Perlu kembali kepada jati diri nya yang unggul dan mulia di tengah-tengah pergaulan dunia. Manusia yang dapat menatap makna kehidupan secara mendalam dan tetap terpatri dalam hati sanubari.
Fungsi hidup tiada lain adalah untuk melihat tanda-tanda keagungan Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, Tuhan Yang Maha Agung, dan kemudian rajin beribadah kepada-Nya dan terus menerus rajin untuk bertasbih mengagungkan-Nya. Dan itu adalah nikmat yang ternikmat dan nikmat hidup yang penuh makna.
Bila manusia keluar dari jalan tersebut maka manusia akan menjadi perusak-perusak diri dan perusak apa saja yang ada di sekitarnya. Kerusakan hati jiwa telah mempengaruhi segala sepak terjang dan perilakunya. Racun-racun jiwa, berupa konsumsi dan penyebaran berbagai bentuk-bentuk perilaku jahat dan kenistaan yang disebarkan dengan teknologi digital, telah merubah dan mengacau sifat baik dan mulia manusia. Ingat firman Allah yang artinya
.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah apa-apa yang ada pada diri (jiwa) mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. 13:11) )
Perubahan tingkah laku manusia dalam menata diri, menata kehidupan hidup dan menata alam sangat dipengaruhi oleh suasana jiwa dan hatinya. Berbagai perubahan mendasar tingkah laku manusia dapat terwujud dalam kehidupan bila manusia telah merubah nafs (jiwanya). Jiwa yang memahami arti hidup yang sesungguhnya, hidup yang digunakan untuk melihat tanda-tanda keagungan Allah dan rajin beribadah kepada-Nya, hidup yang dipertanggung jawabkan hingga di akherat kelak, adalah sebuah kearifan yang sangat-sangat-sangat mahal harganya.
Seharusnya bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa-bangsa pendidik bagi bangsa-bangsa lain untuk mengenal Allah dan beribadah kepada Allah, bukan bangsa yang mengekor untuk merusak diri sendiri,merusak jiwa dan kemudian alam, yang dapat mendatangkan kesusaha yang berkepanjangan bahkan dapat mendatangkan kemurkaan Allah. Ingat lagi firman Allah Yang artinya
.
Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20:81)
Orang-orang tua kita telah mengingatkan dengan kata-kata yang sangat sederhana, namun bersifat abadi, bahwa mereka mengatakan bahwa hidup ini ada yang menghidupi, ada yang memelihara, sehingga mereka tidak pernah khawatir dalam menjalani hidup, namun mereka amat khawatir dan amat menjauhi perbuatan dosa, jahat dan nista, karena hal tersebut dapat membawa kepada kesusahan atau mendatangkan siksa yang menyusahkan kehidupan manusia.
Satu pesan yang maha penting bagi para pengajar dan para pendidik, bahwa jangan segera puas dengan pengajaran yang diberikan kepada anak-anak cerdas bangsa. Bila anak-anak didik cerdas itu tidak memiliki sifat mulia dan kearifan, maka para pengajar dan pendidik telah gagal mengajar dan mendidik, karena anak-anak yang dididik tersebut hanya akan menjadi perusak-perusak yang cerdas maka kerusakan yang diakibatkan juga luar biasa. Maka dosa pun ikut terpikul oleh para pengajar dan pendidik, bencana…. bencana…. bencana….. , seharusnya Agama, kearifan, kesucian jiwa, keimanan, kesholihan, menjadi panglima dalam hidup, utuk selamat dan bahagia di dunia dan akherat….Wallahu a’lam

Perbedaan Antara Ujian Allah dengan Ujian Manusia

  • Ujian manusia bukunya banyak,bermacam-macam dan sulit, memerlukan tenaga dan fikiran. Sementara ujian Allah bukunya satu dan mudah (Al-Qur’an)
  • Ujian manusia soalnya tidak diketahui dan baru diketahui ketika ujian mulai, Sementara ujian Allah soalnya diketahui dan jelas sebelum ujian yaitu : Siapa Tuhanmu ? Apa Agamamu ? Siapa Nabimu ? Dihabiskan untuk apa masa mudamu ? Dihabiskan untuk apa umurmu ? Hartamu dapat dari mana? Dan untuk apa? Ilmumu apa yang kamu amalkan ?
  • Ujian manusia jawabannya tidak diberitahukan sebelum ujian, sementara ujian Allah contoh jawabannya diberitahukan disela-sela ujian.
  • Ujian manusia, guru yang ditunjuk untuk menerangkan cara menjawab kadang-kadang salah, sementara ujian Allah, guru yang dipilih dijamin tidak pernah salah.
  • Ujian manusia, waktu menjawabnya tidak lebih dari beberapa jam. Sementara ujian Allah, waktu menjawabnya panjang sampai sepanjang umur.
  • Ujian manusia bisa diulang hanya sekali dan kelulusannya tidak dijamin, sementara ujian Allah bisa diulang kapan saja sampai mau mati, sementara kelulusannya dijamin dengan izin Allah.
  • Ujian manusia nilai tertingginya 100, sementara ujian Allah nilai tertinggi 700 dan bisa lebih berlipat bila dikehendaki Allah.
  • Ujian manusia hasilnya hanya di dunia saja, sementara ujian Allah hasilnya untuk dunia dan akhirat.
  • Ujian manusia bisa dilupakan setelah ujian selesai, sementara ujian Allah tidak pernah terlupakan dan disimpan di buku yang jelas.
  • Ujian manusia hadiahnya hanya berupa kertas dan tulisan tinta, sementara ujian Allah hadiahnya Surga yang abadi (ya Allah aku mohon karunia-Mu)
Namun aneh banyak orang tidak peduli dengan ujian Allah, sementara mereka peduli dengan ujian manusia.