Sabtu, 18 Juni 2011

Metode Praktis Melembutkan Hati dengan Puasa

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau, amien. Alhamdulillah Allah SWT telah memberi kepada kita umat Islam sebuah petunjuk yang sangat sempurna yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah yang didalamnya bertabur dengan mutiara-mutiara keajaiban, yang berkilau-kila dan menakjubkan. Yang dapat diambil oleh siapapun yang menginginkannya.
Kasus kekerasan di jaman ini telah bergerak merangkak sedikit demi sedikit dan terus menggerus budaya luhur bangsa timur yaitu budaya kelembutan hati yang merupakan budaya indah yang terserak di dunia timur. Sisa-sisa budaya yang demikian menyejukkan masih nampak ada didalam sikap dan perilaku serta tersimpan dalam hati generasi yang merasakan indahnya hidup berhati santun, namun generasi penerus nampak begitu susah mewarisi keindahan sikap yang begitu mulia dan indah
Allah SWT telah menggambarkan berbagai macam penyebab, baik yang nampak maupun tersembunyi yang mengaibatkan manusia berhati kaku, kasar dan bahkan berhati batu, sebagaimana firman-firman Allah yang artinya :

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina (QS. 68:10)
yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. 68:11)
yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, (QS. 68:12)
yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, (QS. 68:13)
karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. (QS. 68:14)
Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata:”(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala”. (QS. 68:15)


Diantara penyebab manusia menjadi manusia yang kaku dan kasar serta kejam dapat segera diketahui, yaitu manusia telah melazimi perbuatan dosa dan kejahatan, dan merasa puas dan bangga diri dengan segala apa yang dimiliki, baik berupa harta dan kekuatan. Untuk dibangga-banggakan dalam kehidupan di dunia tanpa mau mengenal kehidupan akherat. Dalam ayat yang lain Allah berfirman yang artinya

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimaksud oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (QS. 22:52)
agar Dia menjadikan apa yang dimaksudkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (QS. 22:53)
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. 22:54)


Allah menjelaskan bahwa hati-hati manusia yang masih menyenangi perbuatan dosa dan kejahatan sebagai hati yang kasar, hati yang penuh dengan gejolak permusuhan.
Orang-orang yang masih suka tenggelam dalam kelezatan perbuatan dosa dan kejahatan, maka akan berakibat didalam hatinya dipenuhi dengan bisikan-bisikan jahat, bisikan bisikan kotor dan bisikan-bisikan yang mengajak kepada permusuhan. Perbuatan dosa menjadikan syaitan dapat masuk dan menguasai hati manusia. Dan kemudian membisikkan kepada manusia tentang kegundahan, kekecewaan, ketidakpuasan, kejengkelan, dan bahkan menuju kepada permusuhan dan pertikaian.
Dalam firman-Nya yang lain Allah SWT berfirman yang artinya


(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah menyukai orang-orang berbuat baik. (QS. 5:13)
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya (untuk) menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah.Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. 39:22)


Kelembutan, ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan hati adalah sesuatu nikmat Allah yang sangat tinggi dan mulia, namun nikmat-nikmat tersebut bisa tercabut dan rusak serta berubah menjadi siksa, baik siksa hati atau siksa phisik. Penyebab tercabutkan nikmat-nikmat hati adalah disebabkan oleh perbuatan durhaka dan perbuatan-perbuatan dosa yang terus menerus dilakukan.
Jaman kini, zaman informasi global, banyak sekali perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT telah disebar dengan bebas tanpa batas, sispapun yang tidak memahami kebenaran, pasti menyenangi dengan perbuatan-perbuatan dosa tersebut, karena memang perbuatan tersebut terpulas sebagai perbuatan yang menyenangkan dan enak untuk dinikmati, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
Namun ketetapan Allah pasti berlaku, barang siapa berbuat dosa, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan maka daki-daki dosa akan memenuhi hatinya, dan akan merubah hatinya yang lembut dan penyayang, ramah tamah berubah menjadi hati yang kaku, kasar dan penuh dengan kegelapan hati.


Puasa Jiwa dan Raga Menuju Kebahagiaan Yang Lebih Kekal

Umat Islam telah bertahun-tahun diajari oleh Allah SWT tentang puasa, apakah itu syari’at puasa wajib, misalnya puasa romadhon, atau puasa sunnah, seperti puasa senen kamis, puasa 3 hari di tiap tengah bulan qomariah, atau bahkan puasa Nabi Dawud.
Dalam mengajaran tentang puasa romadhon Rasulullah Muhammad SAW  telah menyampaikan, banyak orang yang berpuasa namun tidak diperoleh taqwa, yang diperoleh hanya lapar dan haus. Untuk mendapat taqwa manusia perlu mempuasakan seluruh indranya, aqalnya dan hatinya dari segala kesengan-kesenangan yang dibujukkan syaitan. Dan kemudian diisi dengan tekun belajar dan menghayati Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk diamalkan.
Zaman modern, zaman serba mewah, zaman tercukupi segala keinginan pemuasan hawa nafsu, zaman bebas untuk meraih segala apa saja yang disenangi hawa nafsu, dan semua tersedia. Sangat berbeda jauh dengan zaman Rasulullah SAW ketika sedang diutus ke bangsa arab yang masih dalam kondisi lemah dan miskin. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya

bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok (makanan). Para sahabat bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih air bah (tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan. ” Mereka bertanya lagi, “Apa itu penyakit wahan, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud)
Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan (dimudahkan) bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka dibinasakan. (HR. Ahmad) )


Marilah kita melihat keutamaan Nabi Dawud As, Beliau adalah Nabi dan sekaligus Raja, tentu segala fasilitas dan kekuatan yang dimiliki dapat membuat beliau berbuat apa saja. Namun Nabi dawud adalah nabi yang terkenal dengan sehari puasa dan sehari berbuka, dan nabi yang dikenal dengan suara yang Indah, yang selalu melantunkan kitab suci Zabur.
Kelezatan firman-firman Allah yang dalam kitab Zabur yang selalu dilantunkan oleh nabi Dawud, selalu dapat memenuhi hati Nabi Dawud. Puasa dalam arti sesungguhnya, mempuasakan aqal, hati dan seluruh indra dari hal-hal yang membawa kepada kecintaan kepada dunia yang berlebihan perlu dijalankan oleh setiap pencari kebahagiaan hakiki. Sebagaimana firman Allah yang Artinya

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38:26)

Zaman Globalisasi, zaman pemanjaan seluruh kesenangan indra, aqal dan hati. Namun tetap saja bila seluruh kemanjaan itu dipuaskan dan dibebaskan manusia akan jatuh berkubang dosa, kesesatan, kesedihan dan kekacauan


Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 12:53)


Sekali lagi, kelembutan jiwa dan hati yang dapat terungkap dalam kata-kata, perbuatan, sikap dan perilaku atau sering dikatakan sebagai KARAKTER   MULIA, bukanlah sekedar hasil dari puasa jasmani saja, namun dia adalah hasil konkrit dari puasa jiwa dan raga, puasa lahir dan batin, puasa dari hal-hal yang disenangi nafsu, dan kemudian waktu-waktu hidup ini diisi dengan aktifitas-aktifitas yang diridhoi Allah SWT.
Berapakah waktu kita yang kita habiskan memanjakan diri dengan menatap tajam hiburan-hiburan MULTIMEDIA yang merusak iman di hati, berapakah waktu kita yang kita habiskan untuk mendengar dengan girang gemirang musik-musik dari MULTIMEDIA yang merusak iman di hati.
Berapa waktu kita yang kita habiskan untuk bersenang-senang, berpesta pora dan terus-menerus merencanakan untuk terus menerus berpesta pora ?????, berhati-hatilah kita masih hidup di dunia, kita belum hidup di Surga Allah di akherat !!!!, Bila kita tidak berhati-hati maka bisa saja akhir hayat kita tenggelam dalam kesenangan yang dimurkai Allah dan mati masuk kedalam naar (neraka) yang dipenuhi dengan kesusahan dan kesusahan yang panjang.

Mari kita biasakan mempuasakan jiwa dan raga kita untuk menggapai kebagiaan, keselamatan, kedamaian, kemuliaan di dunia dan di akherat, sebagai yang dijanjikan Allah dalan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Diantara tanda-tandanya ialah bahwa mereka itu adalah orang-orang yang lembut hati, ramah tamah, pemaaf, penghiba, bertaqwa dan senantiasa menyejukkan suasana dimanapun mereka berada. …Wallahu a’lam

Al-Qur'an Berbicara Tentang Facebook

Facebook adalah jejaring sosial paling top saat ini. Berdasar data alexa dot com, situs ini menempati urutan 2 skala global dan urutan satu di Indonesia. Itu artinya sangat banyak pengguna FB. Sesuai data dari Facebook Press Room, total member aktif  FB berjumlah lebih dari 500 juta orang. Dan mereka menghabiskan 700 miliar menit untuk FB-an.
Dengan begitu banyaknya member, tidak heran jika FB menjadi media propaganda favorit selain tv, radio, dan media online lain. Banyak hal bisa disampaikan lewat FB. Promosi dagangan, berbagi pengetahuan, membuat ajakan massal seperti di Mesir dan beberapa negara afrika yang belakangan sangat panas kondisi politiknya, hingga menjadi teman curhat.
Tujuan utama dibuatnya FB adalah untuk membuat jaringan global sehingga masing2 bisa berbagi. Dan yang ternyata tidak ketinggalan, banyak juga orang curhat (bisa dibilang ngeluh gak ya?) lewat FB.
Belum lama ini penulis menemui beberapa status friend FB sbb:
“Wah hujan ni…padahal udah dandan dan mau ke ondangan. Gagal maning son”
“Udah ngidam renang, gak jadi deh. Temans pada ngapain sih?”
“Di ikeda hawanya dingin banget sih, sampe kering kulit ni”
“Pembantu rese ni, kerja ga pernah bener”
Dan masih banyak lagi.
Trus, apa hubungannya dengan judul di atas? Disadari atau tidak, keberadaan FB harus disikapi dengan bijak apalagi sebagai seorang muslim. Lho kok? FB ibarat pisau yang bisa mendatangkan manfaat atau madharat. Tentang ini, bisa dilihat Pengaruh HP dan FB bagi perkembangan remaja.
Menyoal banyaknya orang curhat/ngeluh lewat FB, Al-Qur’an bahkan sudah membahasnya sejak 14 abad yang lalu. Jauh sejak sebelum Mark Zueckenberg dilahirkan.
Silakan dibuka QS. Al-Ma’arij (70) :19-21.
Sungguh manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan/harta, dia menjadi kikir.
Dengan ayat itu, coba kita lihat kembali ke belakang. Mana yang lebih banyak dari status FB kita, apakah bernada mengeluh atau bernada berbagi nikmat. Tentang berbagi nikmat, ada lagi ayat yang memerintahkan berbagi kenikmatan.
Dan terhadap nikmat rabb-mu, hendaklah engkau nyatakan dengan bersyukur,  di dalam QS. Adh- Dhuha (93) :11
Setelah membaca dan merenungi kedua ayat tadi, apa seharusnya langkah kita? Banyak hal positif bisa dibagikan lewat FB. Bahkan untuk mendatangkan fulus sekalipun. Dan tentunya sebagai seorang muslim yang cerdas, dia akan menggunakan teknologi untuk menebalkan iman dan berjuang di jalan yang diridhoi Allah SWT.
Bukan untuk berbuat sia-sia atau bahkan kemaksiyatan. Allah Maha Melihat dan Mendengar.